Khutbah Idul Fitri 1444 H : Bertakwa Agar Bersyukur

 


BERTAKWA AGAR BERSYUKUR

Oleh : Ust. Syahid Robani, S.Pd.I

(Mudir Pondok Pesantren SMPIT Nurul Iman Purworejo, Pesawaran)

 

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

الله اكبر الله اكبر الله اكبر الله اكبر الله اكبركبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا. لا اله الا الله والله اكبر. الله اكبر ولله الحمد

الحمد لله أَنْعَمَنَا بِخَتْمِ رَمَضَان الكريم ، وأَعَادَ عَلَيْنَا بِعِيدِ الفِطْرِ العَظَيمْ، اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، شَهَا دَةَ تُنْجِي قا ئِلِهَا مِنْ عَذَابِ اَخِرِ الْاَيَّام

وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلَّذِي نَالَ رَسُوْلُ الْخِتَامِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَا رِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ حَاءِ الرَّحْمَةِ وَمِيْمِ الْمَلِكِ وَدَالِ الْدَوَامِ، وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمِ. الله اكبر الله اكبر ولله الحمد فَيَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله، اِتَّقُو الله وَاعْلَمُوا اِنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمُ عِيْدٍ وَسُرُوْرٍ اَمَّا بَعْدُ.

Jamaah sholat idul fitri yang dirahmati oleh Allah SWT.

Dalam konteks shiyam (puasa), takwa adalah salah satu goal pencapaian seorang hamba atas diwajibkannya syariat tersebut.

يَا أَيُّهَا ​​الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah: 183)

Namun, ada hal menarik di dalam Al-Qur’an yang jarang dibahas, bahwa komponen kata takwa tidak hanya sebagai goal (hadf), tetapi sebagai fasilitas (wasilah) agar memperloeh derajat syukur. Komponen kata tersebut, tentu akan menjadi sebuah refleksi yang berharga bagi hamba-hamba Allah SWT yang secara lahiriyah dan batiniyah mempersipakan pertemuan Bulan Ramadhan dan telah lulus dari madrasah Ramadhan tahun ini 1444 H. Secara redaksional, Allah SWT bertutur,

فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

‘Karena itu’, bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya. (Q.S Ali Imran : 123)

Dalam ayat ini, Allah SWT memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk bertakwa agar bersyukur. Itu artinya, dalam konteks ini, syukur adalah maqam yang dituju oleh takwa. Bagaimana takwa menjadi tangga proses menuju syukur?. Apa sebenarnya syukur itu?. Bagaimana syukur bisa menjadi istimewa?. Berbagai pertanyaan tadi menjadi bahan analisis, tadabbur, tafakkur untuk mewujudkan hamba-hamba Syakirin, yang lulus dari Madrasah Ramadhan dengan predikat cumlaude.

Pertama, Bagaimana takwa menjadi tangga proses menuju syukur?. Imam Ibnu Jarir At-Thabari merinci kalimat fattaqullah dan la’allakum tasykurun dalam kitab tafsir-nya, (At-Thabari, hal:66)

" فاتقوا الله "، يقول تعالى ذكره: فاتقوا ربكم بطاعته واجتناب محارمه

“Kalimat Fattaqullah” : Maka bertakwalah kepada Rabb-mu dengan menaati-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

لعلكم تشكرون "، يقول: لتشكروه على ما منَّ به عليكم

“Kalimat La’allakum tasykurun” : agar kamu bersyukur kepada-Nya atas segala nikmat yang DIA berikan untuk kalian.

Dengan begitu, jabaran dari At-Thabari terkait takwa yang bermakna mentaati Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya, menjadi wasilah (perantara) agar hamba-Nya bersyukur atas segala nikmat yang Allah SWT berikan. Redaksi lengkapnya, dikutip dalam Kitab Al-Atsar: 7773)

" فاتقوا الله لعلكم تشكرون "، أي: فاتقون، فإنه شكر نعمتي

“Kalimat Fattaqullah La’allakum tasykurun”, yaitu bertakwalah kepada-Ku, sungguh yang demikian itu, merupakan maqam mensyukuri nikmat-Ku.

Kedua, Apa sebenarnya syukur itu?. Syukur secara bahasa bermakna at-tsana (memuji), yaitu memuji kepada siapa yang telah memberikan pemberian, dengan hati;lisan;perbuatan. Setidaknya ada 25 Ayat yang menyebutkan variabelitas kata syukur di dalam Al-Qur’an (Al-Ma’ani).

Ketiga, Bagaimana syukur bisa menjadi istimewa?. Syukur menjadi sesuatu yang istimewa karena secara langsung, Allah SWT yang berstatus sebagai Tuhan, memerintahkan hamba-hamba pilihan-Nya untuk bersyukur.

Allah SWT memaklumatkan hamba-Nya secara universal agar bersyukur, untuk menunjukkan kesungguhan dalam beribadah.

"وَاشْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ"

Syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya menyembah. kepada-Nya” (QS. An Nahl: 114)

Allah SWT memerintahkan hamba-Nya agar menjadi bagian dari golongan Syakirin (orang-orang yang bersukur),

وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ

Jadilah termasuk orang-orang yang bersyukur”. (Q.S Al-A’raf: 144)

Allah SWT memuji orang-orang bersyukur,

"شَاكِرًا لِأَنْعُمِهِ اجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ"

Dia (Ibrahim a.s) Bersyukur atas nikmat-Nya. Dia memilih-Nya dan membimbing-Nya ke jalan yang lurus." (Q.S An-Nahl: 121)

Allah SWT menjadikan syukur sebagai sebab tercapainya ridha-Nya.

وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ

“Jika kamu bersyukur, Dia meridai kesyukuranmu itu”. (Az-Zumar: 7)

 

Jamaah sholat idul fitri yang dirahmati oleh Allah SWT.

REFLEKSI

Puasa yang telah kita jalani, bulan Ramadhan yang telah kita lalui, amal ibadah yang telah kita kerjakan menjadi rangkaian pengabdian pada Allah Ta’ala atas bentuk rasa syukur dari segala karunia yang Allh SWT berikan. Kasih sayang Allah SWT yang telah menghadirkan kita di dunia ini, kasih sayang Allah SWT yang memilih kita sebagai seorang muslim, kasih sayang Allah SWT yang telah mengkarunia keluarga, kasih sayang Allah atas segala karunia yang bila disebutkan satu persatu tak akan ada habisnya. Semoga setelah Ramadhan 1444 H, hati, lisan, dan gerak kita mencerminkan hamba-hamba yang bersukur sebagi hasil dari pendidikan di Madrasah Ramadhan tahun ini.

 

جَعَلَنَا اللهُ وَإيَّاكُم مِنَ العَائِدِيْنَ وَالفَائِزِيْنَ وَالمَقْبُوْلِيْنَ كُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ آمين

وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ رَاحِمِيْنَ

DOWNLOAD VIA TELEGRAM : PDF atau WORD

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Khutbah Idul Fitri 1444 H : Bertakwa Agar Bersyukur"

Posting Komentar